Kekhususan Individual
Kekhususan
Individual membahas tentang kepribadian seseorang. Kepribadian secara umum
diartikan sebagai karakteristik psikologis seseorang yang menentukan pola
perilakunya.
Menurut beberapa para ahli
tentang pengertian kepribadian :
Pengertian Kepribadian (personality) menurut
Kartini Kartono dan Dali Gulo dalam Sjarkawim (2006) adalah sifat dan tingkah
laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain, integrasi
karakteristik dari struktur-struktur, pola tingkah laku, minat, pendirian,
kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang, segala sesuatu mengenai diri
seseorang sebagaimana diketahui oleh orang lain.
Allport juga mendefinisikan kepribadian sebagai
susunan sistem-sistem psikofisik yang dinamis dalam diri individu, yang
menentukan penyesuaian yang unik terhadap lingkungan. Sistem psikofisik yang
dimaksud Allport meliputi kebiasaan, sikap, nilai, keyakinan, keadaan
emosional, perasaan dan motif yang bersifat psikologis tetapi mempunyai dasar
fisik dalam kelenjar, saraf, dan keadaan fisik anak secara umum.
Feist & Feist (2002) dalam bukunya Theories of
Personality menjelaskan bahwa secara spesifik kepribadian terdiri dari
sifat-sifat atau disposisi-disposisi yang mengakibatkan perbedaan individu
dalam perilaku.
Sifat-sifat seseorang itu mungkin sama-sama
dimiliki dalam satu kelompok (keluarga, masyarakat), tetapi polanya antara
individu berbeda. Jadi, tiap-tiap orang memiliki kepribadian yang unik.
Di dalam Psikologi, definisi kepribadian yang
paling sering disebut adalah definisi yang dikemukakan oleh Gordon W. Allport.
Psikolog yang meraih gelar doktor dari Harvard University dalam usia 24 tahun
ini merangkum 49 definisi kepribadian dari berbagai sumber dan mengusulkan
definisi yang cukup komprehensif. Mula-mula (tahun 1937) ia mendefinisikan
kepribadian sebagai ”organisasi dinamis sistem psikofisik dalam diri individu
yang menentukan penyesuaiannya yang unik terhadap lingkungan.”
Tahun 1961 ia merevisi dengan mengubah frase
terakhir menjadi ”yang menentukan karakteristik perilaku dan pikirannya.” Jadi,
kepribadian adalah organisasi dinamis sistem psikofisik dalam diri individu
yang menentukan karakteristik perilaku dan pikirannya.
Seperti yang dikisahkan Feist & Feist, Allport memilih tiap frase
dalam definisinya secara hati-hati, sehingga benar-benar menyatakan apa yang
ingin ia katakan.
Istilah ”organisasi dinamis” menunjukkan suatu
integrasi atau saling keterkaitan dari berbagai aspek kepribadian. Kepribadian
merupakan sesuatu yang terorganisasi dan terpola. Bagaimanapun, kepribadian bukan
suatu organisasi yang statis, melainkan secara teratur tumbuh dan mengalami
perubahan.
Istilah ”psikofisik” menekankan pentingnya aspek
psikologis dan fisik dari kepribadian. Kata ”menentukan” dalam definisi
kepribadian menunjukkan bahwa kepribadian ”merupakan sesuatu dan melakukan
sesuatu”. Kepribadian bukanlah topeng yang secara tetap dikenakan seseorang;
dan juga bukan perilaku sederhana. Kepribadian menunjuk orang di balik
permukaannya; atau organisme di balik tindakannya.
Dengan kata ”karakteristik” Allport ingin
menunjukkan sesuatu yang unik atau individual. Kepribadian seseorang bersifat
unik, tidak dapat diduplikasi (ditiru) oleh siapa pun. Kata ”perilaku dan
pikiran” secara sederhana menunjuk pada sesuatu yang dilakukan oleh seseorang,
baik perilaku internal (pikiran-pikiran) maupun perilaku-perilaku eksternal
seperti berkata-kata atau tindakan.
Berdasarkan penjelasan Allport tersebut kita dapat
melihat bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan
fisik) merupakan suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian
merupakan sesuatu yang dapat berubah. Secara eksplisit Allport menyebutkan,
kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.
Dari beberapa pengertian di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian
merupakan suatu susunan sistem psikofisik (psikis dan fisik yang berpadu dan
saling berinteraksi dalam mengarahkan tingkah laku) yang kompleks dan dinamis
dalam diri seorang individu, yang menentukan penyesuaian diri individu tersebut
terhadap lingkungannya, sehingga akan tampak dalam tingkah lakunya yang unik
dan berbeda dengan orang lain.
Dalam kekhususan individual terbagi menjadi tiga
macam diantaranya :
2.1 Jenis
Kepribadian
Menurut Galen, seorang ahli fisiolog Romawi yang hidup di abad
ke-2 Masehi , yang pertama kali memperkenalkan teori empat kepribadian. Ia
menyatakan bahwa kepribadian manusia bisa dibagi menjadi empat jenis : sanguin
(populer), koleris (kuat), melankolis (sempurna), dan phlegmatis (damai). Meski
teori ini tergolong sangat kuno, para psikolog masa sekarang mengakui, teori
kepribadian ini banyak benarnya.
Empat jenis tersebut diantaranya :
1. Sanguin,
tipe yang mempunyai energi yang besar, suka bersenang-senang, dan supel. Mereka
suka mencari perhatian, sorotan, kasih sayang, dukungan, dan penerimaan
orang-orang di sekelilingnya. Orang bertipe sanguin suka memulai percakapan dan
menjadi sahabat bagi semua orang. Orang tipe ini biasanya optimis dan selalu
menyenangkan. Namun, ia tidak teratur, emosional, dan sangat sensitif terhadap
apa yang dikatakan orang terhadap dirinya. Dalam pergaulan, orang sanguin
sering dikenal sebagai “si tukang bicara”.
2. Koleris, yang suka berorientasi
pada sasaran. Aktivitasnya dicurahkan untuk berprestasi, memimpin, dan
mengorganisasikan. Orang bertipe koleris menuntut loyalitas dan penghargaan
dari sesama, berusaha mengendalikan dan mengharapkan pengakuan atas
prestasinya, serta suka ditantang dan mau menerima tugas-tugas sulit. Tapi mereka
juga suka merasa benar sendiri, suka kecanduan jika melakukan sesuatu, keras
kepala, dan tidak peka terhadap perasaan orang lain. Orang koleris seperti ini
sering diidentifikasi sebagai “si pelaksana”.
3. Melankolis
yang cenderung diam dan pemikir. Ia berusaha mengejar kesempurnaan dari apa
yang menurutnya penting. Orang dalam tipe ini butuh ruang dan ketenangan supaya
mereka bisa berpikir dan melakukan sesuatu. Orang bertipe melankolis
berorientasi pada tugas, sangat berhati-hati, perfeksionis, dan suka
keteraturan. Karenanya, orang melanklolis sering kecewa dan depresi jika apa
yang diharapkannya tidak sempurna. Orang melankolis sering diidentifikasi
sebagai “si perfeksionis” atau “si pemikir”.
4. Phlegmatis,
yang seimbang, stabil, merasa diri sudah cukup, dan tidak merasa perlu merubah
dunia. Ia juga tak suka mempersoalkan hal-hal sepele, tidak suka risiko atau
tantangan, dan butuh waktu untuk menghadapi perubahan. Orang bertipe ini kurang
disiplin dan motivasi sehingga suka menunda-nunda sesuatu. Kadang, ia dipandang
orang lain sebagai lamban. Bukannya karena ia kurang cerdas, tapi justru karena
ia lebih cerdas dari yang lain. Orang phlegmatis tak suka keramaian ataupun
banyak bicara. Namun, ia banyak akal dan bisa mengucapkan kata yang tepat di saat
yang tepat, sehingga cocok menjadi negosiator. Orang phlegmatis kadang
diidentifikasi sebagai “si pengamat” atau “si manis”.
Setiap orang mempunyai kombinasi dari
dua kepribadian. Umumnya salah satunya lebih dominan, kadang juga keduanya
seimbang. Sanguin dan koleris bisa berkombinasi secara alami karena keduanya
ekstrovert, optimis dan terus terang. Kombinasi ini menghasilkan individu yang
sangat energik. Mereka punya daya tarik serta banyak bicara sambil
menyelesaikan pekerjaan mereka, entah melakukannya sendiri atau menyuruh orang
lain untuk mengerjakannya.
Phlegmatis dan melankolis bisa
berkombinasi karena keduanya introvert, pesimis, dan lembut. Mereka melakukan
segala sesuatu dengan sempurna dan tepat waktu, tidak mau mengambil sikap
konfrontatif. Namun anak tipe ini akan mudah terkuras energinya jika berurusan
dengan orang lain.
Kombinasi koleris-melankolis dan
sanguin-phlegmatis menggabungkan optimis dan pesimis, yang suka hura-hura
dengan yang tidak suka hura-hura, dan yang supel dengan yang suka menarik diri.
Akibatnya anak cenderung tidak seimbang dan berubah-ubah kepribadiannya
tergantung keadaan. Kombinasi koleris-melankolis menghasilkan individu yang
sangat berorientasi pada tugas. Kombinasi ini akan menjadi peraih prestasi
tertinggi, melakukan segala sesuatu dengan cepat dan sesempurna mungkin. Namun
mereka bisa menjadi nge-boss dan manipulatif sekaligus mudah stres jika orang
lain tak bisa melakukan segalanya dengan benar dan tepat waktu.
Kepribadian sanguin dan phlegmatis
juga bisa berkombinasi, menghasilkan orang yang berorientasi pada hubungan.
Kombinasi ini menjadikannya teman bagi semua orang. Ia dikagumi karena sifat
humornya, selalu rileks, dan menerima orang lain apa adanya. Namun ia cenderung
tidak disiplin, tidak suka melakukan apapun, mudah lupa tanggung jawabnya, dan
selalu dapat merayu orang lain untuk mengerjakannya bagi mereka.
Kepribadian memang bisa dirubah sedikit demi sedikit
setelah tumbuh dewasa. Misalnya, jika ia merasa terlalu emosional, ia bisa
merubahnya sedikit demi sedikit sehingga bisa lebih sabar. Namun kepribadian
seseorang telah ada sejak ia lahir, dan akan mempengaruhi cara berpikir dan
bertindak dalam kehidupannya. Maka ada baiknya jika kita bisa memahami
kepribadian diri kita sendiri, juga kepribadian orang-orang di sekitar kita.
Karena tiap tipe kepribadian ini mempunyai kelebihan dan kekurangan, dan
masing-masing tipe ini akan berinteraksi dengan baik jika dapat saling
melengkapi.
2.2 Ekspresi Kepribadian
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa arti kepribadian sangat luas. Oleh karena
itu, jika kita hendak menggambarkan atau menguraikan kepribadian seseorang,
kita harus membagi-bagi kepribadian tersebut dalam beberapa karakteristik yang
dapat dilihat atau diukur. Dengan kata lain, kepribadian seseorang itu diekspresikan
kedalam beberapa karakteristik sehingga dengan memahami
karakteristik-karakteristik tersebut, kita dapat mengerti pula kepribadian
orang yang bersangkutan.
Sekalipun tidak semua pakar
sependapat tetapi
karakteristik-karakteristik yang dianggap terpenting untuk mengenali
kepribadian adalah:
1. Penampilan fisik : tubuhyang besar, wajah yang tampan, pakaian yang
rapi, atau tubuh yanhg kurus sehat, wajah yang kuyu , pakaian kusut, semuanya
menggambarkan kepribadian dari orang yang bersangkutan. Juga bisa dilihat
apakah ia berwibawa dan percaya pada diri sendiri atau kurang semangat dan
mempunyai perasaan rendah diri dan sebagainya.
2. Tempramen : yaitu suasana hati yang menetap dan khas pada orang yang
bersangkutan, misalnya: pemurung, pemarah, periang, dan sebagainya.
3. Kecerdasan dan kemampuan: termasuk kreativitasny: mengikuti teoti
Multiple Intelligence. Kita bisa mengidentifikasiakan kemampuan yang menonjol
pada orang yang bersangkutan.
4. Arah Minat dan Pandangan Mengenai Nilai-nilai: hobi, pekerjaan yang
selalu dilakukan, serta kebiasaan sehari-hari merupakan indicator terbaik untuk
menggambarkan arah minat dan pandangan moral seseorang.
5. Sikap Sosial: hal ini bisa diukur dengan beberapa psikotes atau skala
seperti MPPT, EPPS, The big Five Test, atau tes-tes proyeksi. Namun, bisa
digali juga dari wawancara mendalam atau observasi dalam proses simulasi,
games, atau diskusi.
6. Kecenderungan-kecenderungan dalam motivasinya: hal ini pun dapat
diketahui melalui beberapa tes dan wawancara serta observasi selama proses
pemeriksaan.
7. Cara-cara Pembawaan Diri: dalam bentuk misalnya sopan santun, banyak
bicara, kritis, mudah bergaul, dan sebagainya. Cara pembawaan diri ini terlepas
dari isi atau materi yang dibawakan. Seseorang dapat berbicara tentang berita
kematian atau soal-soal perdaganagan atau mengundang seseoarng ke suatu perjamuan
, atau menegur kesalahan seseorang, tetapi semuanya dilakukan dengan cara yang
sopan atau justru sebaliknya.
8. Kecenderungan Patologis: merupakan tanda-tanda adanya gangguan jiwa yang
serius (bukan sekedar stress atau depresi karena frustasi). Memang, yang paling
tepat untuk mendiagnosis gangguan jiwa adalah dokter spesialis kejiwaaan (SpKJ)
atau psikolog klinis. Tetapi, mata seorang psikolog non-klinis, atau asesor,
bahkan awam yang waspada pun akan mampu mengidentifikasikan adanya gangguan
jiwa berat seperti skhiozophrenia (berbicara dan berperilaku aneh, ngawur tanpa
arah (bizarre), ada halusinasi, dan
sebagainya). Bisa juga autism (hiperaktif,
tetapi tidak ada kontak dengan orang lain, tidak bisa diajak bercakap-cakap
lebih suka dengan kegiatan sendiri yang bersifat mengulang-ngulang dan
lain-lain.
3.3 Kritik Terhadap Penggolongan Kepribadian
Penggolongan atau tipologi
kepribadian memang memudahkan kita untuk memahami kepribadian, tetapi
pendekatan itu mengundang beberapa kritik, yaitu :
1. Setiap penggolongan mereduksi kepribadian manusia yang sangat
kompleks. Hanya menjadi satu atau dua variable saja yang digunakan untuk
membuat tipologi. Akibatnya, tipologi ini sangat kurang memperhatikan
faktor-faktor khusus yang sifatnya individual.
2. Tipologi ini tidak memperhatikan kenyataan bahwa manusia berubah-ubah
sesuai dengan kondisi lingkungan, dan karenanya kepribadian pun bersifat
dinamis. Tipologi ini membuat kepribadian seolah-olah statis.
3. Penggolongan kepribadian sangat kurang mempertimbangkan pengaruh
kebudayaan terhadap kepribadian.
Oleh karena itu, tipologio
dalam psikologi zaman sekarang lebih terfokus pada setting atau konteks
tertentu saja. Misalnya, dalam lingkungan industry dan organisasi dikenal
dengan tipe kepemimpinan transaksional (memimpin berpedoman pada hak dan
kewajiban masing-masing) dan transformational (memimpin berdaarkan nilai-nilai
yang dikembangkan bersama anak buah) (James V. Downton, 1973) ; dalam bidang
pendidikan ada tipe orang tua yang otoriter, serba boleh (laissez faire) dan otokratik (demokratik tetapi tetap tegas)
(Baumrind, 1991); dalam penyesuaian diri terhadap stress ada tipe yang
berorientasi pada tugas (task oriented), ada
yang berorientasi pada emosi (emotional oriented) (Lazarus and
Folkman, 1984).
PENUTUP
|
4.1 Kesimpulan
Dari beberapa
pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian
merupakan suatu susunan sistem psikofisik (psikis dan fisik yang berpadu dan
saling berinteraksi dalam mengarahkan tingkah laku) yang kompleks dan dinamis
dalam diri seorang individu, yang menentukan penyesuaian diri individu tersebut
terhadap lingkungannya, sehingga akan tampak dalam tingkah lakunya yang unik
dan berbeda dengan orang lain.
Ada 4 jenis
kepribadian : Sangiun, Korelis, Melankolis, dan Phlegmatis.
Berbagai
penelitian awal mengenai struktur kepribadian berkisar di seputar upaya untuk
mengidentifikasikan dan menamai karakteristik permanen yang menjelaskan perilaku individu seseorang. Karakteristik yang umumnya melekat dalam diri
seorang individu adalah malu, agresif, patuh, malas, ambisius, setia, dan
takut. Karakteristik-karakteristik tersebut jika ditunjukkan dalam berbagai
situasi, disebut sifat-sifat kepribadian.
4.2
Saran
Dalam
makalah ini sudah dijelaskan mengenai kekhususan individual yang dibagi dalam
tiga bagian yaitu : jenis kepribadian, ekspresi kepribadian dan kritik terhadap
penggolongan kepribadian. Sehingga, agar lebih memahami penjelasan yang telah
diuraikan, pembaca diharapkan memperhatikan hal-hal penting dari bagian makalah
ini.
DAFTAR PUSTAKA
|
Sarwono, S. W., 2010. Pengantar
Psikologi Umum. Kedua. Jakarta:
Rajawali Pers.
0 komentar:
Posting Komentar